Kisah Menyapih si Kicik

Sama seperti proses melahirkan dan menyusui, setiap ibu pasti memiliki ceritanya sendiri-sendiri. Setelah berbagi cerita mengenai proses menyusui si kicik yang penuh drama dan air mata, saya juga ingin berbagi kisah menyapih si kicik.

Akhir Desember 2015 kemarin, Aqeela tepat berusia 2 tahun. Jujur, saya cukup banyak membekali diri saya dengan berbagai macam bacaan untuk memulai proses menyapih ini. Saya mulai mengenal konsep Weaning With Love (WWL) hingga konsep yang agak sedikit hardcore (meletakkan sesuatu di PD supaya si anak ogah minum lagi). Saya pribadi tidak menggunakan salah satu konsep itu dengan sepenuhnya. Semuanya disesuaikan dengan keperluan di lapangan nanti.

Yah, kenyataannya ternyata memang apa yang kita baca dan apa yang terjadi di lapangan benar-benar berbeda. Banyak tolak angsur. Banyak tarik ulur. Banyak timbul rasa iba.  Banyak sekali.

Dan memang, persiapan hati-lah yang paling utama. Bukan persiapan hati sang anak, tetapi HATI SANG IBU. Hati saya, hati kalian. Untuk bisa menahan perasaan ketika si kicik mulai rewel minta untuk disusui, ketika tantrumnya mulai tidak terkendali karena rasa kebingunan yang muncul di hatinya, ketika malam datang dan kicik meraung-raung meminta sedikit kenyamanan dari dekapan saya. Jadi, hati yang kuat-lah yang akan jadi pemenangnya disini. Siapa yang lebih kuat? Ibu atau anak? Saya atau Aqeela?

Kami memulai proses menyapih sebelum ia berusia 2 tahun. Saya pribadi mulai menurunkan frekuensi menyusui saat kicik berumur 1 tahun 10 bulan, yang artinya saya punya waktu lebih kurang 2 bulan. Untuk permulaan, saya mengurangi frekuensi menyusui pagi hari dan sore hari. Setelah berkurang pada pagi dan sore, saya mencoba untuk tidak memberikan ASI pada siang hari sebelum ia tidur. Lalu dilanjutkan dengan melewatkan sesi menyusui sebelum ia tidur malam.

Sulit? Pastinya! Proses melepas nursing to sleep memang benar-benar yang paling sulit dan melelahkan, terutama ketika mengurangi sesi menyusu sebelum tidur malam. Si kicik mengamuk tak berkesudahan pada waktu itu. Saya dan suami berusaha untuk membujuk dan memberikan pengertian bahwa tidak ada lagi menyusui sebelum tidur malam. Disinilah ayah mengambil peranan yang sangat sangat sangat sangat penting karena harus menguatkan 2 orang, saya dan si kicik. Salut buat yayah! We love you!

Jangan takut ketika melihat si anak terbangun dan meraung meminta susu pada malam hari. Saya pribadi mengalami proses ini kurang lebih 2 minggu. Selama 2 minggu, si kicik selalu terbangun malam hari dan menangis sejadi-jadinya. Malah terkadang menangis sambil tertidur. Jujur, hati saya seperti tercabik-cabik. Rasanya ingin saya dekap dan ciumi dia seraya berkata “Everything it’s gonna be okay, Uni” lalu memberikan apa yang dia mau. Tapi waktu itu tekad saya sudah bulat, proses menyapih harus tetap berjalan. Kalau tidak, kami harus memulai lagi dari 0.

Tantrum yang tak berkesudahan sudah menjadi makanan hari-hari saya selama 2 bulan. Wah, ini dia proses yang paling melelahkan dari semuanyaaa! Selama 2 bulan itu, si kicik mudah sekali marah. Marah yang betul-betul sampe bikin kepala saya pusing dan hampir menangis. Tapi apapun itu, saya harus kuat. Itu yang selalu saya tanamkan di diri saya. Sama seperti kisah menyusui si kicik waktu itu, saya harus kuat untuk tetap menyusuinya walaupun rasa sakit di PD sangat menyiksa.

Apa yang menarik dari kisah menyapih ini adalah, setiap kali dia tantrum di siang hari dan meraung pada malam hari, si kicik selalu jarang MEMINTA untuk disusui. Biasanya dia hanya akan menangis saja tanpa alasan yang tepat. Tapi tentu, ada beberapa saat ketika dia spesial meminta. Dengan menguatkan hati, saya selalu memberi tahu bahwa pada saat itu bukan jam menyusui. Aqeela harus kuat. Aqeela harus bisa untuk tidak meminta susu bukan pada jamnya.

Dan Alhamdulillah, berkat keteguhan hati si kicik, suami, dan saya, drama menyapih ini bisa kami lewati bersama. 2 bulan yang sungguh-sungguh melelahkan tapi memberikan manfaat besar untuk saya dan kicik. Tepat di hari lahirnya lahirnya, 30 Desember, Aqeela si kiciknya bubun dan yaya ini sudah tidak lagi meminta-minta ASI. Jujur saya cukup takjub dengan perubahannya ini. Alhamdulillah drama menyapih sudah terlewati.

Saya merasa ikatan batin antara saya dan kicik justru menjadi lebih dekat. Jauh lebih dekat ketika ia masih di dekapan saya dan melihat mata saya sambil meminum apa yang menjadi haknya. Intinya, dari semua tips & trick mengenai proses menyapih yang saya dapat dari buku, artikel, ataupun web adalah semuanya tidak akan berjalan jika hati sang ibu tidak kuat menjalani proses ini. Sama halnya dengan menyusui, jika sang ibu memiliki keinginan yang kuat untuk menyusui, apapun rintangannya, Insya Allah kita bisa menyusui sang buah hati hingga 2 tahun.

 

tulisan-arab-surat-albaqarah-ayat-233

Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seseorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karen anaknya. Ahli warispun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S: Al Baqarah 233)

Semangat ya untuk ibu-ibu diluar sana yang sedang dalam proses menyapih!

Love,

Bubunnya Aqeela

6 thoughts on “Kisah Menyapih si Kicik

  1. ahhhh, juni ini anakkku 2 tahun dan baru mau mulai disapih, belum ada persiapan apa2 … pengalamannya mbak dian sama kyk tetanggaku, iya, anak yg disapih, bulan2 pertama jadi mudah marah … jadi deg2an ya

    1. Tapi kan gak semua anak begitu kok, mba Maria. Tiap anak punya ceritanya masing-masing. Jangan deg2an dulu, siapa tau malah anak mba gampang proses nyapihnya. Semangaaat mba!

  2. Bubun thx 4 sharing.. Aq setuju ga mesti 1 konsep yg diterapin pd proses weaning ini. Tergantung kondisi anak. Ayuk nala d cb wwl malah dia stres, tantrum ny panjang dr jam 10 mlm smp jam 4 subuh.. Tidur 2 jam, kemudian tantrum lg, akhir ny demam, kebanyakan nangis dan krg tdr.. Bbrp bln kemudian dicoba sapih lg pk cr olesin pait2 eh malah proses sapih berjalan smooth. No drama. Ga pk tantrum, ga ngerengrek2 minta2 lg, ayuk nala bs lgsg bobo pules dr mlm smp pagi tanpa kebangun, bsk ny pas kebangun dia lgsg minta air putih, macem udh tau aja klo sdh ga nen.. Dan mmg mgkn pd saat itu nala sdh siap secara mental utk sapih ye.. Klo buat aq proses menyapih ini lbh berat mmg dr pd pas awal nyusui… Hehe…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.